Suhu Bumi

Oleh: Dr. H. Sukarni, M.Ag.

Bagi pemerhati klimatologi dan geofisika, informasi yang disampaikan Harian Kompas 22 November 2023 hlm 8 cukup mengejutkan. Saat ini (November 2023) suhu global bumi telah naik melebihi 2 derajat celsius dibanding suhu bumi praindustri, 1850-1900.  Padahal dalam analisis PBB bidang perubahan iklim, tingkat suhu bumi yang aman sejak praindustri hanya 1,5 derajat celcius.  Demikian Direktur Layanan Perubahan Iklim Eropa yang dikuitp Harian Kompas menjelaskan. Laporan yang membuat penduduk bumi kali ini semakin cemas menjadi bahan diskusi serius dalam konferensi para pihak (COP: Conference of the Parties) bidang perubahan iklim ke 28 yang akan berlangsung di Dubai 30 November – 12 Desember 2023 ini. Dapatkah sekitar 200 negara yang menjadi anggota COP 28 nanti mencapai kesepakatan mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca, mungkin ya. Akan tetapi pada tahap implementasi, sangat rumit untuk diwujudkan.

Penyebab peningkatan suhu bumi ini adalah efek dari pola kehidupan modern yang kita klaim sebagai sebuah kemajuan dan kesejahteraan. Efek emisi gas yang dilepas oleh mesin transportasi dan industri, zat kimia yang dilepas oleh pendingin udara, terperangkap dalam lengkung atmosper bumi  menyebabkan suhu permukaan bumi menaik. Pemerhati lingkungan mencibir pola hidup modern sebagai sekelompok orang yang hidup menari gembira di atas gundukan api yang sewaku-waktu siap membakar mereka. Mungkin mirip dengan apa yang disindir oleh Tuhan dalam surah al-Humazah. Manusia mengumpulkan dan menghitung harta yang dikiranya membawa kebahagiaan yang kekal, namun ternyata membawa petaka.

Apa yang terjadi saat suhu bumi naik melebihi ambang batas? Para ahli menjelaskan bahwa akan begitu banyak terjadi bencana alam, mulai dari rob, banjir, angina kencang, perubahan musim, kekeringan, kebakaran hutan, yang semua itu dapat menyebabkan krisis pangan karena gagal panen. Saat ini sangat terasa dampak tersebut. Dalam laporan BPS, penyebab inflasi pada triwulan dua dan tiga tahun ini, termasuk di Kalimantan Selatan, adalah meningginya harga beras. Dalam hukum pasar, naiknya harga disebabkan oleh berkurangnya pasokan. Pasokan berkurang disebabkan antara lain oleh di beberapa kawasan sentra pertanian terjadi gagal panen dalam dua tahun terakhir ini.

Mambayangkan hari-hari depan bagi kehidupan di muka bumi yang semakin suram dan tidak mendukung bagi kesejukan bersama, kita jadi teringat pada narasi Al-Qur’an tentang peristiwa kiamat. Al-Qur’an tidak menyebut bahkan meski kepada kekasih-Nya (Nabi dan Rasul) tentang kapan terjadinya kiamat itu. Akan tetapi prosesi peristiwa kiamat dikupas habis oleh Al-Qur’an.  Enam nama surah mengandung makna peristiwa prosesi kiamat. Al-Infithar (terbelah), Al-Qiyamah (Kiamat), Az-Zalzalah (goncangan dahsyat), Al- Qariah (dentuman dahsyat), An-Naba (berita mengejutkan) , dan Al-Waqiah (peristiwa dahsyat). Tidak ditegaskan kapan terjadinya kiamat boleh jadi cepat atau lambatnya kiamat sangat tergantung pada perilaku ekologis manusia yang mendiami bumi ini. Oleh sebab itu, literasi perilaku ekologis yang mendukung kesejukan bumi perlu ditumbuhsuburkan.  Semoga.