Perjalanan Inspiratif Rimayanti: Dosen FEBI UIN Antasari Peraih Beasiswa S3 LPDP di Australia

BANJARMASIN – Ibu Rimayanti, S.E., M.M., seorang dosen dari FEBI UIN Antasari Banjarmasin, telah mencatat prestasi gemilang dengan berhasil mendapatkan beasiswa S3 (Doktor) dari LPDP untuk melanjutkan studi di Australia. Perjalanan luar biasa ini tidaklah mudah, namun dengan tekad dan semangat yang kuat, Ibu Rimayanti berhasil menembus berbagai tantangan dan meraih impian akademiknya.

Perjalanan akademik Ibu Rimayanti dimulai sejak tahun 2022 ketika beliau menjadi alumni beasiswa non-degree Bantuan Insentif Bagi Calon Tenaga Kerja Kementerian Agama untuk Program Persiapan Studi Lanjut (PPSL) S3 Luar Negeri. Kegiatan ini berlangsung di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tempat di mana Ibu Rimayanti mulai memperdalam pengetahuannya dalam bidang studi yang menjadi minatnya.

Selanjutnya, pada tahun 2023, Ibu Rimayanti berhasil meraih beasiswa LPDP Kementerian Keuangan batch 2 melalui jalur Targeted PNS/TNI/Polri untuk program Doktor Luar Negeri. Meskipun pada awalnya belum berhasil mendapatkan LoA (Letter of Acceptance – surat tanda diterima di perguruan tinggi), Ibu Rimayanti tidak menyerah dan terus berusaha.

Tantangan berikutnya muncul ketika Ibu Rimayanti memutuskan untuk melanjutkan studi ke luar negeri, di mana ia harus mencari supervisor disertasi terlebih dahulu agar bisa mendapatkan LoA. Pada bulan November 2023, setelah upaya yang gigih, Ibu Rimayanti berhasil mendapatkan supervisor, Dr. Sebastiaan van Doorn dan Dr. Arnold Japutra, keduanya adalah senior lecturer di The University of Western Australia (UWA) Business School. Keduanya ahli di bidang Marketing, dengan Dr. Arnold adalah orang Indonesia yang juga masih aktif mengajar di Departemen Manajemen, Universitas Indonesia.

Bulan Februari 2024 menjadi momen yang penuh makna bagi Ibu Rimayanti, di mana ia berhasil mendapatkan LoA dan secara resmi diterima sebagai mahasiswa program Doctor of Philosophy di kampus The University of Western Australia (UWA) yang terletak di kota Perth, Australia. Fokus disertasinya adalah pada topik Augmented Reality and Consumer Behavior, yang menjadi perhatian utama dalam bidang studi pilihannya.

The University of Western Australia (UWA) adalah kampus yang bergengsi, dengan sejarah yang kaya dan reputasi yang kuat. Terletak di Australia Barat, UWA didirikan pada tahun 1911 dan selalu mempertahankan posisinya dalam lingkup The Group of Eight, kumpulan 8 kampus paling bergengsi di seluruh Australia. Dengan peringkat #7 di Australia dan masuk dalam 100 kampus terbaik dunia versi QS World University Ranking (#77 pada tahun 2024), UWA menawarkan lingkungan akademik yang inspiratif bagi para mahasiswa seperti Ibu Rimayanti.

Sebagai mahasiswa jenjang Doktoral by research, Ibu Rimayanti menghabiskan hari-harinya dengan membaca jurnal, melakukan literatur review, menghadiri seminar dan konferensi, serta berupaya untuk melakukan publikasi di jurnal-jurnal bereputasi. Semangat dan motivasi Ibu Rimayanti dalam mengejar impian akademiknya sangatlah kuat.

Dalam sebuah wawancara, Ibu Rimayanti menyatakan:

“Kuliah ke luar negeri bukan hal yang sulit tapi bukan juga hal yang mudah. Bukan hal yang sulit karena bisa diusahakan. Dimulai dari menguasai bahasa asing (minimal bahasa Inggris) sesuai standar yang diminta, belajar menulis proposal riset yang berkualitas, belajar membaca tren riset terbaru, belajar manajemen waktu sampai belajar menjaga semangat untuk terus berusaha mencari beasiswa kuliah ke luar negeri. Bukan hal yang mudah karena hidup di negara dengan kultur yang sangat berbeda tentu memerlukan penyesuaian, misalnya adaptasi dengan suhu dingin, adaptasi dengan “menurunkan standar” misalnya dalam hal tempat tinggal, di mana di luar negeri tinggal serumah dengan lawan jenis adalah hal yang biasa, hingga adaptasi terhadap perasaan homesick dan kesepian. Namun semua tantangan- tantangan tadi seharusnya bisa menjadi bahan bakar untuk membuat semangat lebih “menyala” agar bisa merasakan belajar di kampus- kampus terbaik di luar sana, dan yang lebih penting, kita perlu memperbanyak diaspora Indonesia di luar negeri, terutama lewat jalur akademisi, agar Indonesia tidak lagi dikenal sebagai negara pengekspor buruh migran. Sebagai Muslim pula, seharusnya kita lebih termotivasi untuk belajar dan berprestasi, bukan sekedar menjadi “bebarang haja”. Secara khusus, kita perlu memperbanyak diaspora Banjar di luar negeri, supaya Kalimantan Selatan bisa mendapat spotlight dan benefit lain dari para diasporanya.”

Perjalanan inspiratif Ibu Rimayanti menjadi bukti bahwa dengan semangat dan tekad yang kuat, serta dukungan dari lingkungan sekitar, impian akademik bisa tercapai. Harapannya, prestasi Ibu Rimayanti akan menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda, para mahasiswa dan dosen, untuk tidak pernah menyerah dalam mengejar impian mereka, sekaligus membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi akademik yang luar biasa. (SS)