Konsumsi yang Islami: Membeli untuk Kebutuhan, Bukan FOMO !!!
Masyarakat modern sering kali terjebak dalam pola konsumsi berlebihan akibat pengaruh iklan, media sosial, dan budaya “FOMO” (fear of missing out). FOMO adalah rasa takut atau cemas akan ketinggalan tren, kesempatan, atau pengalaman penting. Pemicunya sering kali oleh media sosial yang menampilkan kehidupan orang lain terlihat menarik atau sempurna. Pembelian barang-barang tidak lagi karena kebutuhan, tetapi sebagai simbol status atau gaya hidup.
Padahal Islam memiliki sejumlah prinsip dalam konsumsi yaitu prinsip keadilan, kesederhanaan, kebersihan, moralitas dan kemurahan hati. Prinsip kesederhanaan mengatur perilaku manusia dalam menggunakan barang tidak boleh secara berlebihan, karena dalam islam menganjurkan suatu cara konsumsi yang adil dan proporsional (sesuai porsinya). Banyak orang memiliki lemari yang penuh dengan pakaian, tetapi tetap merasa tidak memiliki pakaian yang cocok untuk dipakai. Hal ini sering terjadi karena mereka membeli barang berdasarkan impuls atau tren, bukan kebutuhan atau gaya pribadi yang sesuai. Adapun dalam prinsip moralitas, bukan hanya untuk gengsi atau gaya-gayaan saja tetapi dalam menggunakan suatu barang juga harus memikirkan tujuan akhirnya. Tetapi hendaknya bernilai moral dan spiritual karena dalam mengikuti trend fashion atau membeli baju secara berlebihan bukan sebagai penolong untuk beribadah atau mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, janganlah kita ikut-ikutan terjebak dalam pola konsumsi berlebihan akibat pengaruh iklan dan media sosial, yang akhirnya mendorong kita melakukan pembelian hanya sebagai simbol status, bukan pemenuhan kebutuhan. Selain itu, mengikuti tren fashion secara berlebihan menciptakan banyak dampak negatif, baik bagi individu maupun lingkungan. Tekanan untuk mengikuti tren fashion juga dapat berdampak pada kesehatan mental, seperti rasa cemas atau rendah diri karena tidak mampu “mengejar” standar yang ditampilkan di media sosial. Dengan mematuhi prinsip kesederhanaan dan moralitas dalam konsumsi, dan fokus pada kebutuhan bukan pada keinginan, maka Insya Allah kita dapat menciptakan keseimbangan antara gaya hidup, keuangan, dan mencapai kemaslahatan.
Ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam; Dosen pengampu Difi Dahliana, MEI; Tim Penulis: Aulia Noor Fadillah, Rizkia Khalisa, Inge lynn, Selvia Ruliani, Zainal Ilmi, Navila (Mahasiswa Prodi MBS, Angkatan 2024).